Minggu, 19 Desember 2010

Pemerintah Tawarkan Investasi Tambang

PEMERINTAH Indonesia menawarkan empat peluang investasi pertambangan kepada pemerintah Kanada, demikian dirilis vivanews.com. Investasi itu meliputi pembangunan infrastruktur pertambangan di Kalimantan, kontrak baru mineral dan batu bara, pengolahan energi batu bara, dan pencairan batu bara.
"Kami mengundang investor Kanada masuk dalam proyek pertambangan,"ujar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro dalam sambutan diskusi Canadian Mining Mission to Indonesia di Dharmawangsa, Jakarta, Senin 16 Maret 2009.
Kendati banyak pihak yang bereaksi negatif terhadap Undang-undang Mineral dan Batu Bara yang baru, menurut Purnomo masih banyak negara-negara yang minta melakukan investasi pertambangan di Indonesia.
Duta Besar Kanada untuk Indonesia John Holmes mengatakan, pemerintah Kanada akan melakukan pendekatan kepada asosiaisi pertambangan agar mengetahui gambaran menyeluruh tentang lingkungan usaha pertambangan di Indonesia.
"Industri pertambangan Kanada telah memiliki fokus international yang kuat," kata Holmes.
Saat ini sekitar 1.000 perusahaan eksplorasi mineral Kanada aktif beroperasi di negara-negara lain. Pada 2007, investasi perusahaan pertambangan Kanada ke luar negeri lebih dari US$50 miliar.
Pertanyaan yang masih menggantung hingga kini, seriuskan pemerintah pusat di Jakarta, membuka peluang investasi tambang di daerah, mengingat kewenangan daerah sepertinya tertekan dengan berbagai aturan soal lingkungan hidup, mulai dari kelestarian sungai hingga hutan lindung yang tak pernah kunjung jelas batas-batasnya juga kewenangan penetapannya.
Catatan penting lain yang bisa dipetik dari masalah ini adalah tumpang tindihnya aturan dan kewenangan, serta tidak pekanya pusat dalam melihat problematika pemda di tingkat daerah. Investor tambang juga pengusaha lokal, akan senantiasa menjadi bulan-bulanan ketidakjelasan kebijakan. Pada sisi ini kata salah seorang kawan di bidang tambang, membuka peluang terjadinya ekonomi biaya tinggi, karena semua serba tidak pasti. Hanya bupati dan gubernur yang bernyali bisa melawan ketidakpastian dengan mengajukan uji materil terhadap UU terkait.

Rabu, 08 Desember 2010

Jenderal TNI Peduli Petani



(Wawancara Pangdam VII Wirabuana, Saat Dijabat Mayjen. TNI Djoko Susilo Utomo)Di samping bertugas menjaga kedaulatan negara Republik Indonesia dalam bentuk operasi militer perang, Tentara Nasional Indonesia (TNI) melalui Pangdam VII Wirabuana juga terus memprogramkan operasi selain militer perang, membantu aparat kepolisian menjaga keamanan, membantu program pemerintah, membantu petani meningkatkan produksi pertanian. Selain itu, mendukung upaya mengurangi dampak pemanasan global (Global Warming) dengan penanaman 1 juta pohon."Semua harus turun lapangan, tidak bisa tidak, kita harus berbuat apa saja demi rakyat, itu juga yang membuat saya malas diajak bicara dalam seminar-seminar, diperlukan kerja nyata," tegas Mayor Jenderal (Mayjen) TNI Djoko Susilo Utomo, Pangdam VII Wirabuana, kepada Upeks, di Markas Kodam, Selasa (9/12).Salah satu operasi selain militer perang yang dilakukan jajaran Kodam VII Wirabuana, membantu tercapainya program ketahanan pangan Pemrov Sulsel yang bertekat mencapai target produksi besar 2 juta ton beras.
Menurut Djoko Susilo Utomo, sedikitnya ada 14 program pemerintah Sulsel yang melibatkan TNI, diantaranya mendukung tercapainya surplus 2 juta ton beras tadi. "Pada akhir 2008 ini, kami akan membuat laporan evaluasi terhadap setiap program yang telah dilakukan, termasuk mengawal tahapan pemilu 2009 mendatang," katanya.
Sebab, Kodam juga bertanggungjawab mengawal dan menjaga tahapan tersebut, mem-beckup kepolisian. "Apalagi tahun depan kita tahu kondisi ekonomi kurang kondusif, dan dampaknya akan kita rasakan pertengahan tahun depan," ujar Djoko.
Krisis global ini menurut penilaian Djoko, harus dicarikan solusi. Khusus menampung para buruh yang nantinya kehilangan pekerajaan karena di-PHK oleh perusahaan tempat mereka bekerja. "Informasi dari para ekonom, pertengahan 2009, krisis ini akan mulai terasa," ungkapnya.
Djoko menawarkan satu diantara sekian banyak solusi menghadapi badai krisis tersebut, yakni membantu pemerintah merealisasi ketahanan pangan. Caranya dengan membuka lahan tidur untuk menghidupkan sektor pertanian, sehingga para buruh tadi bisa pulang bertani. "TNI siap membantu membuka lahan tidur untuk menjadi lahan pertanian," katanya.
Bahkan dijelaskan, saat ini seluruh Korem se-Sulsel telah bergerak melakukan kegiatan membantu dan mendukung program menciptakan ketahanan pangan tadi. "Saya sudah tandatangan MoU dengan Pemrov Sulsel mengenai masalah ini," ungkap Djoko.
Untuk mendukung ketahanan pangan pemerintah tadi, TNI melakukan perbaikan-perbaikan beberapa sektor yang dianggap bisa menghambat tercapainya tujuan tersebut. Sebut misalnya sektor irigasi. Sarana irigasi ternyata sangat penting, karena berdasarkan data yang ada ternyata hanya 20% dari lahan yang ada di Sulsel mendapat layanan irigasi, sedangkan 80% lainnya hanya sawah tada hujan.
"Ini yang perlu dicarikan solusi, agar sawah-sawah tada hujan tadi bisa dialiri, Kami telah mengujicoba dengan memasang Pompa Air Tanpa Motor (PATM) di sejumlah kabupatan, seperti Bantaeng, Jeneponto, dan Wajo. Kemampuan pompa ini bisa menarik air sampai ratusan meter, sekarang sedang diujicoba," papar Djoko.
Hasilnya nanti, petani bisa panen sampai lima kali, dan tentu saja meningkatkan produksinya.
"Faktor lain yang kita lakukan untuk membantu petani adalah memberikan contoh dengan menanam bibit padi hibrida. Karena masyarakat tidak gampang menanam sesuatu yang baru, makanya kita beri contoh agar mereka mau. Hasinya, kalau biasanya setiap satu hektar hanya bisa menghasilkan 3-4 ton beras, maka dengan bibit tadi bisa meningkat sampai 10 ton, minimal 7 ton lah," katanya.
Pola tanam juga menjadi perhatian, personil TNI berusaha membantu petani memperbaiki pola tanam yang tradisional menjadi lebih baik lagi sehingga muaranya juga membantu meningkatkan produksi pangan. "Aparat kami di tingkat Badan Pembina Desa sudah turun untuk membantu masyarakat," katanya.
Mereka juga sudah ditatar khusus soal pola tanam, sehingga mereka bisa menjelaskan dan membantu masyarakat di daerahnya.
Masalah serius yang juga menghadang program ketanahan pangan ini, menurut Djoko, yakni pupuk yang sering hilang. "Ke mana larinya pupuk itu, hal ini telah kita selidiki dan cari bersama aparat kepolisian," tegas Djoko.
Sektor pembiayaan juga mendapat perhatian, TNI akan mengawal dan berusaha meyakinkan pihak perbankan agar bisa mengembalikan kepercayaan kepada petani. Supaya mereka dapat memberikan pinjaman. Demikian pula sebaliknya, TNI juga akan mendorong produksi petani meningkat sehingga mereka mampu membayar utang di bank.
Lalu mengapa Pangdam VII Wirabuana, Mayor Jenderal (Mayjen) TNI Djoko Susilo Utomo, mau memprogramkan semua itu? Bahkan dia sendiri yang turun langsung menaman dan memberikan contoh kepada masyarakat agar mau berbuat meningkatkan produksinya.
"Ini saya lakukan selain karena memang saya suka dengan pertanian, juga merupakan perintah presiden, selain itu terkait masalah PHK buruh tadi. TNI siap membuka lahan tidur menjadi lahan produktif," ujar Djoko.
Bukan hanya sektor pertani, TNI juga memberikan perhatian yang cukup besar terhadap pengurangan dampak pemanasan global (global warming). Hal ini dilakukan dengan cara memprogramkan pengadaan bibit dan penanaman pohon. Saat ini TNI telah melakukan pembibitan ratusan ribu pohon, juga telah menanam ratusan ribu bibit. "Kami target penanaman 1 juta pohon," tegasnya.
Khusus masalah keamanan daerah, Djoko meminta kepada seluruh masyarakat untuk tetap menjaga kewaspadaan, menjaga daerah ini agar tetap kondusif. "Jangan sampai situasi ini dimanfaatkan oknum-oknum tertentu yang berusaha membentur-benturkan kita dan tidak ingin melihat daerah ini kondusif," pinta Djoko.
Dia menilai kondisi Sulsel saat ini masih dalam taraf yang wajar-wajar saja. Memang beberapa waktu lalu sudah sempat bagus, tetapi belakangan ramai lagi lagi. "Tapi saya nilai masih wajar," katanya. Dia juga meminta semua pihak meredam gejolak tersebut. "Sekarang kita harus turun kelapangan, jangan hanya berwacana saja, saya lebih senang langsung ke lapangan daripada berwacana di seminar," katanya. (Zulkarnain Hamson)

Selasa, 07 Desember 2010

Konflik di Pabrik Gula Takalar

(Konflik Lahan Perkebunan, Warisan Kolonial Liputan: Zulkarnain Hamson)

SENGKETA yang terjadi pada area perkebunan tebu milik PTPN XIV atau di area Pabrik Gula Takalar Sulsel, bukanlah hal yang baru. Sekalipun motifnya terkadang sulit untuk diungkap secara pasti, namun sejumlah penelitian menyebutkan bahwa konflik soal lahan yang melibatkan petani adalah warisan sejarah kolonial.
Arief W Djati, dalam essainya di Ceritanet, soal 'Dimensi Tanah Perkebunan' menuliskan salah satu persoalan pertanahan yang tidak banyak diperbincangkan adalah tanah perkebunan. Ada kecenderungan, dengan berbagai alasan, pembicaraan mengenai persoalan itu malah dihindari. Padahal, kalau mau menengok sedikit sejarah, perkebunan merupakan sokoguru perekonomian Pemerintah Kolonial (Hindia) Belanda. Setelah kemerdekaan, peranan perkebunan justru merosot, mencuatkan hutang luar negeri, minyak, pertanian, industri manufaktur dan pariwisata.
Ada kesan kuat bahwa perkebunan adalah dunia yang tertutup, sukar dimasuki orang luar, dan berbagai label lain yang makin menjauhkan perhatian luar terhadap berbagai persoalan di dalam perkebunan. Dibutuhkan tenaga kerja dan tanah yang murah. Tanpa kedua syarat ini, perkebunan tidak akan dapat berkembang. Salah satu contoh adalah pabrik gula modern di Pamanukan-Ciasem, Jawa Barat. Pabrik ini mengandalkan mesin uap dengan sistem pengairan kincir air, namun, perusahaan itu bangkrut di akhir 1920-an.
Intensifikasi dan ekstensifikasi yang patut dicatat di sini karena ada kaitannya dengan konflik tanah di daerah perkebunan adalah dimunculkannya Agrarische Wet (Undang-Undang Agraria) Pemerintah Kolonial Belanda, 1870. UU Agraria itu mengulas dua hal pokok. Yang pertama adalah pengakuan akan eigendom (hak milik mutlak/property right) dan yang kedua adalah erfpacht (Hak pengusaha Eropa untuk menyawa tanah dari pribumi selama 75 tahun). Dengan diberlakukannya UU Agraria itu, maka berbondong-bondonglah pengusaha perkebunan Belanda ke Hindia untuk menjalankan usaha perkebunan tanaman keras.
Seiring dengan intensifikasi dan ekstensifikasi agraria ini, maka konflik agraria antara petani pemilik tanah dengan perkebunan dan penguasa lokal pun meningkat. Dengan berbagai cara manipulatif, biasanya pemilik tanah akhirnya menyerahkan tanahnya untuk disewakan kepada perkebunan, yang bekerjasama dengan pemerintah lokal. Akibat selanjutnya pemilik tanah yang merasakan dampak perlakuan tidak adil itu mengadakan perlawanan terhadap Perkebunan. Di Jawa Timur, perlawanan-perlawanan ini kerap dilakukan di kawasan Pasuruan dan Sidoarjo.
Bisa disebutkan konflik tanah di daerah perkebunan --khususnya konflik petani melawan kolaborasi perkebunan dan pemerintah-- sudah terjadi. Lalu, bagaimana dengan keadaan sekarang, apakah sama, ataukah berbeda?. Sepuluh tahun yang lalu, Anton Lucas menunjukkan berbagai dimensi baru dalam konflik pertanahan di Indonesia. Di masa Soekarno, yang berkonflik memperebutkan tanah adalah petani kecil atau petani yang tak bertanah melawan tuan tanah. Sedangkan di masa Orde Baru Suharto, konflik pertanahan berlangsung adalah antara pemilik tanah melawan kolaborasi pemodal dan penguasa, yang paling terlihat adalah BUMN perkebunan, salah satunya adalah Pabrik Gula Takalar. Kasus demikian itu, menurut Lucas, adalah kasus yang struktural, dan sangat menyolok pada jaman orde baru. Menurut Anton konflik tanah dewasa ini mengulang apa yang sudah pernah terjadi di dalam konflik tanah perkebunan dua abad lampau. Jadi bisa dikatakan tidak banyak perubahan konflik agraria jaman Pemerintah Kolonial Hindia Belanda dengan jaman orde baru hingga yang terjadi saat ini.
Konflik yang terjadi pada Pabrik Gula Takalar, bisa didekatkan pada kasus tanah Jenggawah. Kasus tanah di daerah Jember itu mulai meletup sejak tahun 1970-an, merupakan perebutan antara petani penggarap melawan PTPN XVII. Dengan bantuan pemerintah setempat, PTPN menggunakan segala macam cara untuk melumpuhkan pelawanan petani penggarap. Alasannya tentu saja sederhana, ujar Dg Tallasa, yang salah seorang keluarga jauh istrinya ikut jadi korban di Takalar, "Mereka datang dan berkemah, juga mau menghentikan pabrik, maka polisi bertindak," katanya.
Berdasarkan tipologi konflik petani melawan PTPN, dimungkinkan karena BUMN ini menyebar di seluruh provinsi Indonesia, dari Sumatera sampai Sulawesi. Konflik jenis ini bermuara dari berbagai perkebunan milik Belanda, yang ditelantarkan saat masuknya Jepang dan diikuti dengan perang kemerdekaan. Dalam penguasaan PTPN yang memiliki Hak Guna Usaha (HGU) paling rendah 25 tahun, generasi baru petani mulai merangsek menuntut hak untuk memakai lahan itu. "Saya dengar ada yang bilang sudah berakhir HGU pada tahun 2005 lalu, tetapi ada yang bilang masih berjalan hingga 2020," kata Dg Tallasa.(ZH)

Sisno Adiwinoto: Saya Bertekad Menjaga Citra Sulsel

(Wawancara ini berlangsung saat Jenderal Sisno, Adiwinoto, saat masih menjabat Kapolda Selselrabar)

MASYARAKAT Bugis Makassar, memiliki adat istiadat dan nilai budaya yang tinggi, dengan budaya 'Siri' atau rasa malu, jika melanggar hukum, untuk itu saya berharap kita bisa bersama-sama menciptakan suasana aman, nyaman dengan pencitraan daerah yang baik, di mata nasional maupun internasional. Demikian ujar Kapolda Sulsel Irjen Pol Drs Sisno Adiwinoto MM, mengawali perbincangannya dengan Wakil Pimpinan Redaksi Upeks, Zulkarnain Hamson, di Executive Louge Hotel Clarion & Convention Makassar, Kamis (29/5).
Hukum bagaikan rem pada sebuah mobil. Kita berani membawa dan mengendarai mobil karena ada rem yang akan membuat kita berhati-hati, dan tak akan menubruk. Saya yakin, tidak ada seorang pun yang berani mengemudi mobil tanpa rem. Negara kita ini negara hukum, dengan 5 amanah reformasi, tegaknya supremasi hukum, bebas dari KKN, perlindungan HAM dan lingkungan hidup, demokratisasi, dan transparansi. Bagi aparat keamanan, supremasi hukum adalah bagi setiap pelanggar hukum wajib ditindak. Hukum itu dibuat untuk dipatuhi dan diikuti. Seperti itulah, kesimpulan perjalanan saya dari sejumlah kampus di Makassar.
Sekalipun bukan sebagai orang Bugis Makassar, saya tetap berniat mengabdi memperbaiki citra Sulsel yang terlanjur dinilai buruk sebagai daerah yang rusuh dengan demonstrasi dan unjukrasa. Tugas sebagai polisi adalah sebagai pemelihara keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas) demi terwujudnya keamanan dalam negeri dan penegakan hukum, dan pengayom masyarakat.
Jika menghitung hak pengunjuk rasa, mereka hanya beberapa orang, dibanding hak masyarakat pengguna jalan lainnya. Mengutip UU No 9 tahun 1998, menurutnya, produk hukum tersebut mengatur mekanisme pelaksanaan demo. Dalam UU itu tertuang aturan bahwa siapa pun dalam 3x24 jam yang hendak melaksanakan demo harus memberitahu aparat keamanan.
Kalau para pendemo tidak mengantongi surat pemberitahuan, paling-paling aparat keamanan hanya akan membubarkan aksi demo itu. Apalagi kalau sudah menghambat masyarakat pengguna jalan yang lebih banyak jumlahnya dan mereka perlu juga untuk mendapat perlindungan keamanan, kenyamanan, ketenangan dan keselamatan dalam menjalankan aktifitas kerja sehari-hari.
Tugas aparat adalah mengamankan jalan demo. Yang ditindaki bukan pengunjuk rasanya, melainkan pelanggaran hukum, misalnya menghina orang, merusak barang, menganiaya dengan melempari. Itulah yang ditindak aparat. Para pendemo itu menyuarakan demokrasi, sekalipun terkadang terkesan memaksakan kehendak, mengganggu kenyamanan dan keselamatan orang, ketika ditindaki aparat disebut menghambat demokrasi
Sisno Adiwinoto mengemukakan, masalah demo sebenarnya biasa saja sepanjang berjalan sesuai mekanisme dan prosedur yang ada. Yang menjadi masalah adalah, aksi demo sangat berpotensi menimbulkan pelanggaran hukum yang lain. Juga mengganggu ketertiban umum. Misalnya, para pendemo berteriak-teriak mendiskreditkan aparat, mencaci lembaga, pemerintah, dan pejabat tertentu.
Polisi tidak dapat menolerir jika terjadi aksi pengrusakan, anarkisme, penganiayaan dan tindakan pelanggaran hukum yang lain. Pada waktu demo dibubarkan, dan mereka tidak mau bubar, tetap berdiam maka ancamannya pasal 212 tidak mengikuti petunjuk, atau menghalang-halangi aparat negara yang menjalankan tugas. kalau dia melawan maka pasalnya naik menjadi 214-216 melawan petugas.
Tugas saya selaku aparat adalah mengayomi, melindungi keamanan dan kenyamanan masyarakat, yang sederhananya adalah tidak dikenai lemparan batu. Semua ini demi jaminan kepada masyarakat diantaranya tiba di tempat tujuan tepat waktu.
Bagi polisi tindakan represif adalah jalan terakhir, ketika upaya-upaya persuasif tidak mempan dan membuahkan hasil. Polisi selalu berusaha menolong orang agar tidak melanggar HAM. Mengapa kita tidak mencontoh negara lain demo itu menjadi obyek wisata seperti di Jepang, demonstran membawakan tari-tarian adat, demo kita di sini terkadang menimbulkan kemacetan lalu lintas, sehingga merugikan pengguna jalan yang lain.
Di luar negeri jaminan kenyamanan dan ketentraman itu sudah lebih tinggi, kalau sebagai tetangga merasa terganggu dengan suara anjingnya, kita bisa menelepon polisi untuk meminta bantuan menertibkan suara anjingnya. Berbeda dengan kita terkadang sudah nyata menghambat, merusak, tetapi aparat diprotes kalau bertindak. Apa jadinya kalau demonstrasi dibiarkan berlangsung tanpa penertiban oleh aparat, negara kita ini akan sangat kacau.
Ada informasi yang saya peroleh, pencitraan masyarakat kita dari Sulsel ini sudah sangat buruk, contohnya di Jepang, kalau diketahui berasal dari Sulsel tidak akan ada perusahaan yang mau menerima mereka bekerja atau magang. Di beberapa tempat di tanah air, sarjana asal Sulsel lamarannya dikesampingkan akibat pencitraan buruk. Ketika baru menjabat Kapolda, setiap ucapan selamat selalu ada embel-embel hati-hati Makassar panas, tiada hari tanpa unjuk rasa.
Untuk minat investasi, saya sering dengar ada pengusaha lokal Sulsel yang mengatakan jangan ke Makassar pak, mending ke Manado, di sana aman dan nyaman, tidak ada demonstrasi, jaminan kenyamanan dan ketentraman lebih menjanjikan. Bisa dibayangkan pengusaha lokal saja berpikiran seperti itu, bagaimana dengan pengusaha dari luar.
Sebagai aparat, saya tidak pernah pusing dengan tuntutan agar saya mundur dari jabatan Kapolda. Tugas saya adalah menjalankan tugas amanah dan jabatan yang dipercayakan kepada saya. Memang kepolisian juga sudah mendeteksi adanya penyusupan dan aktor intelektual yang sengaja memanas-manasi mahasiswa untuk berdemonstrasi. Bahkan sampai berani menganiaya aparat kepolisian, juga mencorat-coret mobil di jalanan. (Zulkarnain Hamson)

Senin, 11 Oktober 2010

Media Berperan Dalam Mencegah HIV/AIDS

Oleh: Zulkarnain Hamson
(Dari Pelatihan HIV/AIDS bagi Wartawan Tahap II)

INFEKSI Human Immunodefidiency Virus (HIV) tidak hanya terjadi karena adanya perilaku seksual yang tentang HIV tidak sehat, tapi juga bisa melalui penggunaan jarum suntik, pisau cukur secara bersama-sama, bahkan melalui transfusi darah. Fatalnya masyarakat tidak pernah menerima informasi yang benar /AIDS.
Temuan fakta bahwa setiap hari setidaknya ada 14 ribu orang di dunia yang terinfeksi HIV, boleh jadi mencengangkan banyak pihak. Dari jumlah tersebut separuhnya di derita oleh usia produktif sekitar 15-24 tahun. Di Indonesia data akurat tentang perkembangan infeksi HIV di masyarakat, tidak pernah dimiliki oleh pemerintah.
Direktur Eksekutif LSM Infokespro, Syaiful W Harahap, mengatakan peran media dalam upaya memberikan informasi yang benar dan akurat terhadap masyarakat mengenai HIV/AIDS, sangat penting. ”Peran media sangat penting dan strategis untuk menginformasikan secara benar bagaimana HIV/AIDS itu bisa menular dan harus dicegah bagi masyarakat yang belum terinfeksi,” katanya.
Hal tersebut menjadi alasan kuat bagi Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Sulsel, menyelenggarakan pelatihan HIV/AIDS bagi wartawan tahap II, baik media cetak maupun elektronika di Sulsel, berlangsung di hotel Celebes Inn Makassar, dari Senin-Selasa (5-6/12), dan merupakan pelatihan lanjutan, usai pelatihan tahap I beberapa waktu lalu, luarannya diharapkan mampu menuliskan berita-berita yang benar mengenai HIV/AIDS. Menurut Saiful, selama ini banyak masyarakat yang salah mengartikan HIV/AIDS karena mereka tidak memperoleh informasi yang benar. AIDS, katanya, merupakan sekumpulan gejala penyakit yang menyerang seseorang setelah kekebalan tubuhnya dirusak oleh HIV. Jadi tidak benar ada orang yang meninggal karena AIDS, tapi yang benar adalah penderita AIDS meninggal karena penyakit lain seperti TBC akibat penderita sudah tidak memiliki kekebalan tubuh setelah terinfeksi HIV.
HIV/AIDS adalah ‘penyakit’ menular yang secara medis dapat dicegah. Yang menular adalah HIV sebagai virus sedangkan AIDS adalah kondisi ketika seseorang yang tertular HIV sudah memasuki masa AIDS antara 5 – 10 tahun setelah tertular. Karena AIDS bukan penyakit maka tidak bisa disembuhkan tapi bisa diobati dan tidak pula bisa menular. Salah satu cara untuk menghambat laju penyebaran HIV adalah penyuluhan dengan materi Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) yang akurat dan objektif.
Selama ini materi KIE selalu dibalut dengan moral dan agama sehingga yang muncul hanya mitos (anggapan yang salah). Misalnya, mengait-ngaitkan penularan HIV dengan zina, seks di luar nikah, selingkuh, ‘jajan’, pelacuran, gay dll. Padahal, tidak ada hubungan langsung antara zina, seks di luar nikah, selingkuh, ‘jajan’, pelacuran, gay karena penularan HIV melalui hubungan seks bisa terjadi kalau salah satu dari pasangan itu HIV-positif. Kalau dua-duanya HIV-negatif maka tidak akan pernah terjadi penularan HIV biar pun mereka berzina, melacur, seks oral atau seks anal.
Penyebaran HIV/AIDS diketahui terjadi secara horizontal antar penduduk. Epidemi HIV/AIDS merupakan bom waktu di Indonesia. Indonesia tidak memiliki data akurat tentang jumlah pengidap HIV/AIDS positif, bahkan ada provinsi yang menyebutkan bahwa di wilayah mereka tidak terdapat penderita HIV/AIDS, hal ini menurut Syaiful justru membahayakan, karena kita tidak akan mampu memutus mata rantai penularannya, baik itu pada pengguna narkoba suntik, jarum tindik, tattoo, transfusi darah, maupun hubungan seks tanpa pengaman.
Pertambahan pengidap virus HIV/AIDS tersebut akan merupakan deret ukur. Semua itu terjadi tanpa mereka sadari. Sebab, sebelum mencapai masa AIDS 5-10 tahun, tidak ada gejala fisik yang khas. Yang muncul selama ini hanya mitos atau anggapan salah tentang HIV/AIDS. AIDS adalah fakta medis yang bisa dicegah menggunakan teknologi kedokteran tanpa harus mengait-ngaitkannya dengan moral dan agama, terutama bagi mereka yang sudah dinyatakan positif HIV/AIDS. (*)
[www.aidsmediawatch.com, Sumber: Harian “Ujungpandang Ekspres”, Makassar, 06-12-2005]

Senin, 20 September 2010

Tiga Bocah Tulang Punggung Keluarga

SIANG menjelang petang, di atas sadel motor yang sedang kupacu, meliuk diantara kemacetan sudut jalan Toddopuli Raya dan Batua Raya, Kota Makassar yang lima tahun terakhir ini didera 'penyakit' kronis kemacetan, akibat kian padatnya volume kendaraan baik sepeda motor maupun mobil, tiba-tiba saja pikiranku memilih jalur alternatif, agar tak terjebak kemacetan.
Setir motor kubelokkan menuju samping kantor Kecamatan Panakkukang. Dari sana saya bisa dengan leluasa memilih jalur perumahan Maizonette, samping terminal Pasar Toddopuli Makassar, selanjutnya menuju Mal Panakkukang. Saat berbelok, tiba-tiba salah seorang anak usia 10 tahunan, dengan baju kaos lusuh memotong jalur ban depan motorku. Dengan sigap rem motor kuinjak dengan keras, motorku berhenti dan anak itu melempar senyum simpul, lengannya yang kurus melambai memanggil dua orang bocah rekannya, yang duduk santai di besi bundar jembatan Batua Raya. "Ayo naik..." ujarnya memberi komando.
"Menumpang om..." ujarnya lagi dengan nada memelas. Kesannya masih menunggu persetujuanku, namun dari jemarinya terkesan setengah memaksa agar dua bocah kecil rekannya tadi naik ke jok motor. Tiba tiba kurasa remasan jemari kecil di pinggangku, dan beberapa saat kemudian dua bocah ingusan tadi sudah duduk, bahkan setengah mendesak posisiku agar kedepan. "Mau kemana" ujarku dengan nada keheranan. "Mau menumpang ke pasar Toddopuli Om.." ujarnya lagi.
Setelah memerintahkan mereka naik, motor yang berhenti agak ketengah jalan itu kupacu, bau keringat masam menyeruak diantara lenganku, ketiga bocah kecil ini luar biasa semerbak, ujarku membatin. Di perjalanan, 'kuintrogasi' mereka bertiga. Hendra, demikian nama bocah yang menahan motorku, dia duduk paling belakang, karena posturnya yang lebih besar, menjawab, bahwa jika jarum jam sudah menunjukkan pukul 3 sore, mereka harus segera ke belakang pasar sayur, untuk mengais limbah para penjual, untuk penganan makan malam mereka di rumah.
Setelah beberapa menit kemudian, motorku tiba di depan kantor Pegadaian, yang terletak di belakang pasar Toddoppuli. Tiga orang bocah itu serempak berupaya turun dari dari sadel motorku. Setelahnya, di belakangku, tiga bocah ingusan itu sudah berjajar rapi. Ku standar motorku, melepas helem dan memperhatikan wajah mereka lamat-lamat. Wajah anak-anak Indonesia masa depan, yang kuyu, layu, namun biji mata menyala, seperti menunggu perintah merebut sesuatu di emper pasar yang sedang menggunung menunggu truk sampah mengangkutnya.
"Saya Hendra, kalau yang kecil ini namanya Cebol dan yang ini namanya Mayor," ujarnya memperkenalkan kedua 'anak buah' yang sore itu bersamanya. Hendara, Cebol dan Mayor, secara singkat bercerita tentang latar belakang keluarga mereka. Ayah Hendra, tukang batu, Cebol anak tukang Becak dan si Mayor, ternyata tak bisa menjelaskan profesi ayahnya. Namun dari uraian Hendra, kuketahui ayah Mayor adalah seorang buruh harian.
Hendra, bercerita bahwa mengumpulkan limbah sayuran di pasar untuk lauk makan di rumah mereka, sudah dilakukan sejak beberapa bulan lalu. Dengan begitu, ketiga bocah ingusan ini sudah bisa mengepulkan asap dapur keluarganya. Hendra, dengan meyakinkan berusaha menjelaskan kepadaku, bahwa sayuran yang dilempar para penjual ke tempat sampah, sesungguhnya masih layak untuk dijadikan penganan di rumahnya. "Masih banyak sayur dan tomat yang bagus om," ujarnya meyakinkan.
Kurogoh kocek celanaku, selembar pecahan Rp10 ribu dan pecahan Rp2000 rupiah baru ada di dalamnya. Kuserahkan dua lembar uang kertas itu kepada Hendra, dan mengingatkannya agar membagikan kepada Cebol dan Mayor. Ketiganya bertatapan, serempak suara ketiga bocah itu berucap terima kasih. Kunasehati Hendra, agar memegang lengan Cebol, karena kulihat fisiknya terlalu rentan untuk berada dalam pasar. Ketiganya berlarian menyeberangi jalan, mataku menatap mereka dengan berbagai isi kepala yang berkecamuk.
Tiga bocah ingusan, pejuang hidup keluarga itu tengah memasuki medan pertarungan, semoga rejeki limbah sayuran sudah tersedia untuk mereka angkut sore ini. "Ya Allah, ayatmu sungguh sangat nyata bagiku, Kullan Yusibana Illama Kataballahu Lana, Hua Maulana Wa Alawllahi Fal Yatawakkalil Mukminuna...". Rejekimu telah engkau sediakan, bagi mahlukmu, bahkan yang berada dalam lubang tanah sekalipun.

Makassar, 21 September 2010.

PKS Optimis Menjadi Partai Terbesar

PEMILIHAN Umum (Pemilu) 2009, bakal menjadi ajang tarik menarik dukungan konstituen yang paling seru. Namun Partai Keadilan Sejahtera (PKS) optimis muncul sebagai partai papan atas. Berikut petikan perbincangan wartawan Upeks Zulkarnain Hamson, dengan Tamsil Linrung, Rabu (23/7).

Bagaimana anda melihat tren dukungan konstituen pada Pemilu 2009 mendatang?

Kita melihat tren partai lain cenderung menurun. Di saat bersamaan PKS justru menunjukkan grafik dukungan yang mulai naik dan membaik. Ini bukan penilaian internal PKS, melainkan hasil survei yang lakukan oleh Center for Strategic and International Studies (CSIS). Hasil itu bagi kami menggembirakan tentunya.

Posisi nasional PKS, menurut Indra J Piliang, masih di bawah Golkar dan PDIP, apa betul?

Yang saya ketahui, PKS berada di urutan ketiga, setelah PDIP dan Golkar, berdasarkan hasil survei yang dilakukan CSIS. Artinya posisinya masih di 3 besar. Menurut hemat, saya kecenderungan yang terlihat saat ini, adalah sejumlah partai besar yang sebelumnya di atas, mengalami penurunan, atau bahkan ada yang stagnan. Hal itu juga memberikan gambaran kepada kita, bahwa masih terbuka peluang yang cukup besar untuk naik menjadi partai teratas.

Seberapa besar kepercayaan anda pada hasil survei CSIS?

Kerja keras teman-teman di PKS selama ini, kelihatannya sudah mulai menunjukkan hasil dan perubahan. Jika harus merujuk pada survei CSIS, dengan margin error 1,79%, juga sampling yang jauh lebih banyak dari lembaga survei lainnya, saya percaya hasil itu akurat. Namun itu juga memberikan gambaran pada kita semua bahwa masih diperlukan kerja yang lebih untuk menjadi yang teratas.

Bagaimana anda menjawab sinyalemen bahwa pemilih Islam Ultra, meninggalkan PKS?

Berdasarkan hasil yang dikeluarkan Indo Barometer, memang ada pertanyaan tentang keseriusan PKS dalam mendukung jargon-jargon Islam. Namun dengan hasil survei, PKS akan konsentrasi ke pedesaan, tentu dengan mengedepankan pengakuan secara normatif, bahwa PKS 'Partai Bersih Peduli'. Juga diperoleh data bahwa pemilih kota yang rasional memiliki kecenderungan kuat ke PKS.

Bagaimana komentar anda soal Pilpres 2009 mendatang?

Soal Pilpres urusan Majelis Syuro. Tetapi kader PKS siap didorong untuk maju bertarung. Sinyal-sinyal itu sudah dilontarkan Presiden PKS Tifatul Sembiring, saat pembukaan cara kemarin. Soal isu tua muda, menurut saya tidak harus yang muda. Tetapi memang yang muda popularitasnya lebih tinggi.

Adakah spekulasi pasangan bakal calon Presiden menurut anda?

Kalau berkait muda dan tua, bisa saja Susilo Bambang Yudhoyono-Hidayat Nurwahid, Jusuf Kalla-Hidayat Nurwahid atau Sri Sultan Hamengkubowono-Tifatul Sembiring, atau Wiranto-Anis Kama. Itulah jika membicarakan tua muda. Namun kami berfikir sebaiknya yang untuk wakil presiden 'Balita', atau di bawah 50 tahun. Untuk itu bisa saja kami melirik calon dari kawasan timur, salah satunya adalah Erwin Aksa, sepanjang terbukti dan mampu membuktikan diri berhasil memimpin HIPMI.(zul/upeks/Rabu, 23-07-2008)

Rabu, 01 September 2010

MASJID AGUNG GARUT

SAAT berkunjung ke kota Garut, bersama istri saya dan seorang kawan asal Kalimantan, kami mampir di Masjid Agung Garut, berpose dan menyaksikan keramaian alun-alun.
Baik masyarakat Garut sendiri maupun dari luar, tentunya belum afdol jika tak singgah di Mesjid Agung. Suasananya yang teduh dan lokasinya yang strategis, tak jauh dari pusat keramaian membuat masjid yang satu ini kerap menjadi tempat transit bagi para pelancong dalam negeri untuk shalat dan beristirahat sejenak.
Pilihan mereka tidak keliru. Terlebih di area halaman masjid dan sekitar alun-alun Garut terdapat sejumlah pedagang makanan yang bisa kita pilih untuk mengisi perut setelah lelah menempuh perjalanan.
Apalagi pada bulan Ramadhan. Menjelang senja, tempat ini menjadi salah satu lokasi favorit bagi para wisatawan lokal dan penduduk kota Garut untuk mencari menu tajil.
Berbicara mengenai Masjid Agung Garut sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari tapak-tapak sejarah kota maupun Kabupaten Garut itu sendiri. Setelah sempat dibubarkan pada era Daendels akibat rendahnya produksi kopi dari daerah ini, Kabupaten Limbangan yang menjadi cikal bakal Garut akhirnya dibentuk kembali sekitar tahun 1813.
Karena Suci yang sebelumnya menjadi ibukota dianggap sudah tidak layak, maka wilayah yang terletak sekitar 5 Km dari arah Suci menjadi pilihan.
Seperti konsep yang banyak diterapkan di mayoritas kota-kota di Indonesia, dimana pusat kota biasa terdiri dari alun-alun, masjid, penjara, pusat pemerintahan, dll, pemerintah zaman itu pun menerapkan hal yang sama pada kota ini. Maka bila ditilik dari sisi sejarah, Masjid Agung Garut ini termasuk salah satu masjid tertua di bumi Priangan.(z)

GUNUNG SALAK

GUNUNG Salak terlihat indah, mempesona dari teras resto Santika Hotel Bogor. Merupakan sebuah gunung berapi yang terdapat di pulau Jawa, Indonesia. Gunung ini mempunyai beberapa puncak, di antaranya Puncak Salak I dan Salak II. Letak geografis puncak gunung ini ialah pada 6°43′ LS dan 106°44′ BT. Tinggi puncak Salak I 2.211 m dan Salak II 2.180 m dpl. Ada satu puncak lagi bernama Puncak Sumbul dengan ketinggian 1.926 m dpl.
Secara administratif, G. Salak termasuk dalam wilayah Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pengelolaan kawasan hutannya semula berada di bawah Perum Perhutani KPH Bogor, namun sejak 2003 menjadi wilayah perluasan Taman Nasional Gunung Halimun, kini bernama Taman Nasional Gunung Halimun-Salak.
Vulkanologi dan geologi
Gunung Salak merupakan gunung api strato tipe A. Semenjak tahun 1600-an tercatat terjadi beberapa kali letusan, di antaranya rangkaian letusan antara 1668-1699, 1780, 1902-1903, dan 1935. Letusan terakhir terjadi pada tahun 1938, berupa erupsi freatik yang terjadi di Kawah Cikuluwung Putri.
Menurut Hartman (1938) G. Salak I merupakan bagian gunung yang paling tua. Disusul oleh G. Salak II dan kemudian muncul G. Sumbul. Sedangkan Kawah Ratu diperkirakan merupakan produk akhir dari G. Salak. Kawah Cikuluwung Putri dan Kawah Hirup masih merupakan bagian dari Kawah Ratu.(z)

MENIKMATI PAGI DI CIPANAS GARUT

GARUT salah satu kabupaten di provinsi Jawa Barat dikenal banyak memiliki objek wisata alam yang menarik. Tidak heran banyak warga berdatangan dari berbagai kota untuk bisa berakhir pekan dalam keasrian alam di Garut, yang terletak di selatan Bandung itu.
Salah satu yang paling terkenal, Objek wisata air panas di Tarogong, Cipanas.
Jangan salah sangka, Cipanas yang satu ini bukanlah salah satu kecamatan di kawasan Puncak, Cianjur. Garut ternyata juga mempunyai Cipanas, yang berada di kecamatan Tarogong, enam kilometer ke utara dari pusat kota Garut.
Sejurus mata memandang Bungalow, hotel sampai penginapan berjajar rapih di Cipanas. Semua wilayah ini memang mempunyai daya pikat, terutama sumber air panas alam yang terletak di Kampung Cipanas. Air panas itu mempunyai kandungan mineral dengan suhu sekitar 37 hingga 46 derajat Celcius.
Dengan kandungan mineralnya sumber air di Cipanas dipercaya dapat digunakan sebagai sarana pengobatan secara physio/hidroterapi untuk penyakit reumatik dan penyakit kulit jenis tertentu. Tak jarang juga dimanfaatkan sebagai tempat memelihara kebugaran.
Suasana siang yang kering, perlahan terasa sejuk ketika perlahan matahari tenggelam. Di sore hari itulah kesegaran alam Cipanas mulai terasa. Matahari dengan sinarnya yang berwarna kuning pudar memperindah cakrawala pegunungan Garut.
Objek wisata luasnya sekitar 115 hektare. Jalan menuju Cipanas sangat mudah ditempuh. Dari Jakarta lewat Puncak, Padalarang, kemudian masuk jalan tol hingga Cileunyi. Tapi kini bisa dengan mudah melintasi tol Cipularang, setelah sampai ke Nagrek baru ambil jurusan Garut. Begitu pula bila menumpang kendaraan umum, naik bus jurusan Garut turun di Tarogong, setelah itu berganti angkutan umum ke jurusan Cipanas.
Begitu menginjakkan kaki di Cipanas, pemandangan yang luar biasa hadir di pelupuk mata kita. Sejauh mata memandang, terdapat berbagai gunung yang mengitari objek wisata Cipanas. Gunung Guntur, Cikunyai, Puteri, Papandayan, dan Haruman. Saat mentari pagi menyeruak, gelantungan awan dan kabut di kejauhan, barulah menyadarkan kita bahwa sepenggal bumi Allah yang bernama Cipanas Garut memang indah.
Panoramanya cantik karena letak Cipanas berada persis di kaki Gunung Guntur. Inilah yang menjadikan warga memanfaatkan alam setempat untuk mendirikan hotel, cottage, dan penginapan lainnya. Tempat-tempat peristirahatan itu dikemas bervariasi dalam bentuk mewah hingga yang sederhana.
Warga sangat mengetahui mereka yang datang ke Cipanas memang segaja untuk berendam menikmati air panas alam. Tak jarang di beberapa penginapan disediakan kolam renang air hangat dan tempat berendam yang berada di dalam kamar-kamar.
Walaupun sekarang ini sudah banyak hotel yang menyediakan air panas, pengunjung tidak usah khawatir tidak kebagian air hangat. Debit air hangat yang besar 23 liter per detik memungkinkan sumber tersebut banyak dimanfaatkan oleh para pengelola hotel.
Lalu apa saja yang bisa dilakukan setelah sampai di Cipanas? Salah satunya adalah memilih hotel yang bagus. Di Cipanas banyak berdiri hotel-hotel yang menawan, di antaranya Sabda alam, Agusta, Tirtagangga, dan beberapa losmen milik warga.
Di antara puluhan hotel dan losmen yang berada di Jl Raya Cipanas, yang paling unik adalah milik Rahmat Syukur Maskawan. Dia mempunyai penginapan dengan nama 'Kampung Sumber Alam'. Keunikannya terletak pada kamar-kamarnya yang berbentuk bungalow. Konon, usaha hotel yang dilakukan warga ini sudah berlangsung sejak zaman kolonial. Berdasarkan catatan para ahli sejarah Indonesia di Leiden, Belanda, pada tahun 1934-1940-an, telah berdiri beberapa hotel berbintang.
Hotel tersebut di antaranya Hotel Belvedere, van Hengel, Villa Dolce, Malayu, Ngamplang. Berdasarkan catatan, banyak tokoh-tokoh dunia yang sudah merasakan kehangatan air Cipanas. Di antaranya Ratu Beatrice, Ratu Wihelmina, Paku Buwono, dan bintang komedi Charlie Caplin, Sayangnya dalam suatu pertempuran hotel-hotel tersebut hangus terbakar. Para penerusnya tidak berniat membangunnya lagi karena trauma. Baru sekitar tahun 1970-an hotel-hotel itu dibangun kembali dengan nama yang berbeda.
Kesegaran akan terasa ketika mandi air hangat di kolam yang disediakan hotel. Badan yang sebelumnya lelah berubah menjadi segar. Otot-otot yang sebelumnya tegang menjadi lebih lemas. Anda akan terus berlama-lama berendam baik pagi hingga malam hari.(dari berbagai sumber)

Senin, 30 Agustus 2010

CAHAYAMU...



Subuh yang dingin ini
Mahabbah-MU...dalam bilik sepi
Tunjukkanlah padaku jalan pulangku
Dalam cahaya seribu bulan impian

Jiwa ini kian kerontang
Sepi dari kehangatan mata batin
Dalam samudra Rahmatan Lil'Alamin
Di Subuh Ramadhan MU...

Mahabbah-MU wahai Maha Pengasih
Telah tertebar...namun tak tertangkap
Jiwa mereka yang kering
Penuh sesak dunia dan segala isinya

Dalam bilik sepi di Ramadhan-MU yang suci
Biarkanlah Seribu bulan-MU membasuh
Dingin...dingin...jiwa yang meranggas
Penuh sesak nafs...dunia yang palsu

Jalan panjang fatamorgana hidup
Nafasku kian sesak...
Dalam bilik sepi kucari cahaya-MU
Cahaya seribu Bulan-MU

Ramadhan Suci 31 Agustus 2010
Makassar, pukul 2:50

ANAK

Anak anak adalah jiwa-jiwa yang tumbuh
Sebelum subuh menghilang
Dibalik cakrawala mereka naik bersama matahari
Menerangi, memanaskan
Bahkan menghacurkan pada masa tak diakui
Anak-anak adalah para anakku,
Ujianku, dan sedihku...
Anak-anak adalah panahku
melesak jauh ke depan ketika aku punah
membawa kabar ku jauh jauh sesudah ku !
Anak-anak Indonesia adalah anakku, anakmu, anak kita semua !
JanGan biarkan zaman melumpuhkan nya.
gempitalah melawan, melindungi dari kezaliman
Suatu, masa merekalah yang datang menitip doa
dan bunga-bunga dan sejarah di atas nisan
Para kita yang telah kembali.

SELAMAT HARI ANAK INDONESIA !

(sajak Marshal Muda Naim Sajati)

CARA BIJAK MENCINTAI ANAK

BAGAIMANA cara Anda ungkapkan cinta pada anak? Sudah tepatkah cara itu?
Cinta adalah masalah yang kompleks. Bila tidak, kita tidak akan punya sedemikian banyak pujangga atau pengarang lagu.
Dalam konteks keluarga, orang tua pastilah ingin mengekspresikan cintanya kepada anak dengan selalu berupaya membahagiakan buah hatinya. Mereka ingin selalu dapat memberi pujian dan pelukan hangat, melayani kebutuhan anak, dan, mungkin saja, membelikan apa pun yang diminta anak. Semua dilakukan atas nama cinta.
Tapi, sejauh mana ekspresi cinta itu? Di manakah batasnya? Kapan kita tahu bahwa kita telah berlebihan mencintai anak? Ini persoalan gampang-gampang susah. Banyak orang sulit mengatakan “tidak” pada buah hati. Apalagi bila kita tahu betapa cinta itu sangat diperlukan bagi perkembangan si kecil, termasuk dalam soal kesehatan fisik.
Yudiana Ratnasari, Psi. , dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia menyatakan, ekspresi cinta orang tua pada anak akan mempengaruhi proses tumbuh kembangnya.
“Di lima tahun pertama usianya, anak tengah mencari rasa aman. Ini didapat ketika ia merasakan anggota-anggota keluarga mencintainya. Rasa aman lebih lanjut akan mengembangkan rasa percaya diri dan konsep diri anak kelak. Ekspresi cinta yang terus dirasakannya juga akan mengajarkan anak untuk berempati pada orang lain, dan mendukung proses trust building anak pada individu lain,” katanya.
Tapi sekali lagi, sangat mungkin bagi orang tua untuk mencintai dengan cara yang kurang bijaksana. Ini misalnya terjadi bila kita terlalu mengutamakan cara yang bersifat materialistis. Membelikan mainan atau barang bagi si kecil secara nonstop atau selalu mengabulkan rengekannya bukanlah cara yang tepat. “ Money can’t buy love ,” kita ingat saja lirik lagu Beatles itu.
Masalah terbesar dengan tabiat ini ialah ia dapat menghambat tumbuhnya rasa empati pada anak. Si kecil lama-kelamaan akan menjadi kurang sensitif pada lingkungannya jika ia terlalu mengasosiasikan cinta dengan mainan atau cindera mata, meskipun terlalu banyak sanjungan juga berpotensi untuk berdampak serupa.
“Justru bila orang tua terlalu berlebihan mengekspresikan rasa cintanya pada anak, membuat anak terbiasa memusatkan cinta ini pada diri sendiri. Ia akan terus menuntut dan mengharapkan orang lain terus memberinya cinta. Akibatnya, anak tak mampu membina empathic complex, yaitu pertalian emosional dengan orang lain,” demikian kata Yudiana lagi.
Yang Wajar, Yang Hangat
Jadi bagaimana menemukan batasan yang tepat? Memang tidak ada ilmu eksaktanya. Cara terbaik ialah dengan sedikit berintrospeksi. Tanyailah diri Anda sendiri, bagaimana cara mengekspresikan keistimewaan si kecil dengan cara yang wajar, hangat dan istimewa. (Rasanya, setiap minggu menggosok kartu kredit di toko mainan bukanlah cara yang hangat dan istimewa. Coba bandingkan dengan meluangkan waktu untuk bermain “ make-belief ” bersama.)
Maya Soraya (33 tahun) ibu rumah tangga dan ibu dua anak di Jakarta mengungkapkan, “Saya selalu mengatakan ‘ I love you’ pada kedua anak saya, Naura (8 tahun) dan Nibroos (4 tahun) sambil memberi pelukan dan ciuman ketika mereka akan berangkat sekolah, pulang sekolah, dan menjelang tidur.”
Rina Paramita (33 tahun), manajer marketing radio swasta di Semarang dan ibu dari Kirana (4,5 tahun) dan Zenna (5 bulan) mengekspresikan rasa cintanya dengan cara yang lain.
“Dalam kehidupan sehari-hari, saya berusaha menyatakan cinta pada dua anak saya dengan selalu berusaha mengurus mereka di pagi hari sebelum saya berangkat kerja. Saya mandikan. Saya pakaikan baju, dan saya urus perlengkapan mereka. Baru di akhir minggu, saya curahkan perhatian sepenuhnya kepada Kirana dan Zenna dengan menangani sendiri semua kebutuhan mereka, walau terkadang tak luput juga ada bantuan dari pengasuhnya,” ungkap Rina terus terang.
Musisi Gilang Ramadhan (41 tahun) punya cara tersendiri untuk menyatakan cintanya kepada Pruistine (2,5 tahun), dan Charlotte (1 tahun).“ Kadang-kadang saya juga mandi bersama mereka. Saya pikir mumpung mereka masih kecil, jadi masih bisa kami lakukan bersama,” cerita drummer, suami Shahnaz Haque, ini dengan gembira.
Terbukalah!
Melihat contoh-contoh ini, mungkin Anda berpikir, dari mana kita bisa mendapat ide untuk mengekspresikan cinta bagi si kecil? Bagaimana caranya yang cerdas, asyik dan orisinal? (Ehm, ternyata tidak jauh rumitnya dengan mengekspresikan cinta ketika masih pacaran).
Ternyata baik Gilang, Maya dan Rina bersikap relatif terbuka. Mereka selalu mencari informasi, melihat hidup dan juga melihat masa kecil mereka sendiri untuk mendapat ide.
“Orang tua saya dulu tidak seekspresif saya menyatakan cintanya pada anak. Mereka tidak memberikan pelukan, ciuman, seperti yang saya lakukan sekarang. Saya banyak belajar dari pengalaman hidup, membaca buku, dan mengadopsi nilai-nilai yang baik dari lingkungan sekitar untuk saya terapkan pada keluarga saya,” papar Maya.
Pengalaman serupa dialami Gilang. “Dulu ketika kecil, ibu saya sekolah lagi ke luar negeri. Saya dan kakak tinggal di rumah nenek. Mungkin dari sini saya melihat dan mencoba mengoreksi kesalahan orang tua saya agar saya dapat lebih maksimal dan komplet memberikan cinta pada anak-anak saya,” ungkap Gilang.
Semakin terbukanya kesempatan individu melihat dunia dan kemudahan mengakses sumber informasi, membantu orang tua memperoleh referensi mengenai pengasuhan anak ..
Mencintai itu memang itu keperluan hidup. Lain kali kita tergoda untuk lagi-lagi belanja mainan bagi si kecil, ingat saja apa yang pernah ditulis penulis masyhur Ralph Waldo Emerson, “ The only gift is a portion of thyself. ” (Diambil dari tulisan Cherry Riadi Lukman/ayahbunda)

MENGATASI RASA TIDAK PERCAYA PADA PASANGAN

KEPERCAYAAN merupakan kunci hubungan suami-istri yang bahagia. Tanpa kepercayaan akan sukar menjalin hubungan yang kekal. Seringkali ketidakpercayaan disebabkan tindakan salah satu pasangan yang mengecewakan pasangannya sehingga susah untuk mempercayainya lagi. Usaha untuk mendapatkan kembali kepercayaan membutuhkan kerjasama kedua belah pihak. Ketidakpercayaan yang berlanjut akan menyebabkan masing-masing berusaha menjauhkan diri dari pasangannya karena mereka merasa tidak dicintai lagi oleh pasangannya. Pada saat timbul rasa tidak percaya apa sebenarnya yang perlu dilakukan ? Bila Anda merasa sulit untuk mempercayai pasangan Anda, tunjukkanlah perasaan yang baik. “Saya merasa tidak dapat mempercayaimu lagi. Saya tahu kamu pasti tidak suka dan frustrasi.” Dari perkataan ini meskipun pasangan Anda tidak suka tapi terlihat bahwa pasangan Anda akan merasa tetap diperhatikan dan dipedulikan perasaannya. Bila pasangan Anda tidak percaya karena suatu hal yang masuk akal, janganlah memaksanya untuk percaya pada Anda. Mungkin sebaiknya Anda mencoba mengatakan “Saya tahu saya dapat dipercaya tapi saya tidak menyalahkanmu karena meragukan saya.” Usaha Anda untuk meyakinkan pasangan mungkin untuk membantu pasangan agar ia lebih lega dan Anda tidak ingin kehilangan dirinya. Bila pikiran bahwa pasangan Anda tidak dapat dipercaya memenuhi pikiran Anda, jadwalkanlah waktu dalam sehari untuk khawatir. Riset menunjukkan bahwa orang yang menyediakan waktu 15–30 menit sehari untuk pikiran obsesif dapat lebih mengendalikan pikiran tersebut. Pikiran tersebut akan kembali dalam waktu yang lain. Katakan pada diri Anda bahwa Anda akan memperhatikan pikiran tersebut pada saat yang lain dan teruskanlah pekerjaan Anda. Lakukan dalam sehari seolah-olah Anda mempercayai pasangan Anda. Bila pasangan Anda terlambat pulang kerja 1 jam, tanyakanlah sebabnya dan bertindaklah seolah-olah Anda mempercayainya. Tanggapilah setiap ketidakpercayaan Anda dengan perkataan seolah-olah Anda mempercayainya. Anda dapat mencoba latihan berikut ini untuk menimbulkan perasaan lebih percaya pada pasangan Anda. Berbaring terlentang dan minta tolong pada pasangan mengangkat kepala Anda 1 atau 2 inch dari lantai. Bersikaplah santai dan biarkan ia menahan kepala Anda tanpa bantuan sedikitpun dari Anda. Pada saat inilah Anda perlu percaya pada pasangan bahwa ia mampu menopang kepala Anda. Dan ia akan tahu betapa sulitnya Anda berusaha untuk mempercayainya sesulit dia mengangkat kepala Anda. Pasangan yang diberi kepercayaan lagi oleh pasangannya akan membuktikan bahwa dirinya dapat dipercaya dan akan lebih mengasihi pasangannya yang memberi kesempatan kedua baginya untuk berubah. Baca juga tips untuk mempertahankan hubungan pasangan suami isteri.(sumber http://www.f-buzz.com)

Rabu, 18 Agustus 2010

NASIHAT UNTUK ISTRI TERCINTA

DUHAI istriku, wanita yang telah Allah takdirkan untuk menjadi ibu dari anakku. Sembahlah Allah semata, jangan pernah engkau menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun yang ada dilangit dan dibumi. Cintailah Allah melebihi kecintaanmu kepadaku. Hanya Allah-lah yang berhak untuk kita cintai melebihi apapun. Janganlah kecintaanmu kepadaku dan anak kita membuat engkau lalai dari mencintai Allah.
Cintailah Allah karena Allah tidak akan pernah menginggalkanmu. Allah adalah yang Maha hidup yang akan selalu bersamamu dan tidak pernah akan meninggalkanmu. Sementara aku suamimu adalah makhlukNya, yang mana aku pasti akan meninggalkanmu, meninggalkan anak kita untuk kembali kepada Dzat yang Maha Kekal.
Cintailah Allah dengan segenap jiwa dan ragamu, mohonlah kepada Allah supaya kelak Allah berkenan memberikan RahmatNya untuk mempertemukan dan menyatukan kita didalam SurgaNya.
Duhai istriku, bilamana Allah memberi kehormatan untuk memanggilku kembali terlebih dulu maka janganlah engkau ratapi kepulanganku. Ketahuilah bahwasannya Allah menjanjikan surga bagi siapa saja yang iklas dan rela apabila diuji dengan kematian orang-orang yang dicintainya. Ketahuilah bahwa aku berdoa kepada Allah untuk menjaga engkau dan anak kita. Allah-lah sebaik-baiknya penjaga amanah. Allah tidak akan menyia-nyiakan doa hambaNya.
Duhai istriku, berbaktilah kepadaku karena ridho Allah adalah ridhoku sebagai suamimu. Surgamu adalah ridhoku. Jadilah istri yang sholehah karena engkau adalah ibu dari anak kita. Panutan utama bagi anak kita. Engkau sebagai wanita telah diberi kerhormatan oleh Allah sebagai tiang (pondasi) agama. Jika rusak akhlakmu sebagai wanita maka rusak pula akhlak keluarga kita, anak kita, bangsa kita dan agama kita. Jagalah selalu kehormatanmu.
Duhai istriku, marilah kita hidup zuhud di dunia ini. Kita ambil seperlunya saja kebutuhan kita didunia ini dan ambil sebanyak-banyaknya bekal untuk kehidupan yang kekal di akhirat kelak. Mari kita belanjakan harta kita dijalan Allah.
Janganlah kita berlebih-lebihan (bermegah-megah) didunia ini. Sungguh Allah telah memperingatkanbahwa bermegah-megah akan membuat kita lalai. Ketahuilah istriku, bahwasanya kelak didalam surga Allah akan memerintahkan kepada para Malaikat untuk mengundang orang-orang yang ketika didunia hidup zuhud untuk menghadiri pernikahan Isa putra Maryam. Tidakkah engkau ingin mendapat kehormatan ini?
Duhai istriku, marilah kita senantiasa berusaha menyisihkan harta kita untuk bersedekah. Jangan pernah menolak apabila ada orang yang miskin yang meminta sedekah kepadamu, berikanlah walau hanya seratus rupiah atau bahkan hanya dengan sebentuk senyuman.
Ketahuilah istriku, sesungguhnya orang-orang miskin adalah tamu-tamu Allah kelak didalam surga. Tidakkah kita merasa terhormat apabila bisa memberikan harta kita kepada tamu-tamu Allah? Sungguh Allah tidak akan pernah menyianyikan pemberian hambaNya.
Duhai istriku, surga adalah sebaik-baiknya tempat untuk kita kembali. Allah telah menjanjikan berjuta kenikmatan didalamnya.
Ketahuilah istrikku, bahwasannya kenikmatan-kenikmatan didalam surga tidak ada nilainya dibandingkan dengan kenikmatan ketika kita bertemu langsung dengan Allah tanpa hijab.
Ketahuilah istriku, bahwasanya kita tidak akan bisa masuk kedalam surga tanpa ijin dan ridho dari Allah. Bahwa sesungguhnya segala ibadah kita adalah sekedar untuk mendapatkan ijin dan ridho Allah supaya kita dapat memasuki surgaNya. Maka tujukanlah segala amal ibadah kita kepada Allah, iklaskan semua hanya untuk Allah demi mendapatkan ridhoNya.
Duhai istriku, jadilah engkau pribadi yang pandai bersyukur atas segala pemberian Allah. Karena sesungguhnya Allah telah mencukupkan segala rizki kepada hambaNya. Dan Allah akan terus menambahkan kenikmatan dan rizkiNya kepada hamba-hambanya yang pandai bersyukur. Bersyukurkah engkau dengan mengingat Allah dan mendirikan sholat.
Duhai istriku, bersabarlah engkau ketika ditimpa musibah. Ketahuilah bahwa Allah tidak akan menimpakan suatu musibah diluar kemampuan kita untuk menanggungnya. Bersabarlah engkau dengan mengingat Allah, dengan mendirikan sholat. Mohonlah pertolongan Allah dengan sabar dan sholat.
Duhai istriku, engkau adalah pakaian untukku, engkau adalah penutup segala aibku. Ketahuilah bahwasannya junjungan kita Rasulallah Shallallahu Alaihi wa Sallam telah bersabda bahwa seindah-indahnya perhiasan didunia ini adalah istri yang sholehah.
Maka jadikanlah aku laki-laki yang berbahagia karena memiliki perhiasan yang terindah di dunia. 28 Rabi Al-Thani 1429 Hijr. [Dikutip dari http://dreamcorner.net/catatan/personal/nasihat-untuk-istriku-tercinta.]

PROFESI WARTAWAN

MENJADI wartawan bukan profesi asal pilih, talenta dan motifasi adalah kekuatan utama sebelum pilihan itu benar-benar dijatuhkan. Banyak yang menyangka menjadi wartawan cukup dengan mengantongi kartu pers, maka selesailah semua. Tidak heran jika kemudian predikat wartawan banyak disandang orang. Bahkan cukup dengan menenteng kamera, terlebih berlensa panjang, maka isi kepala orang kebanyakan sontak menyimpulkan itu pasti wartawan.
Beberapa waktu lalu, saya mampir di salah satu Stasion Pengisian Bensin Umum (SPBU) di Kota Makassar. Dua orang pria muda, dengan sigap melayani mulut tangki bensin kendaraan saya. Usai menarik nozel pompa, salah seorang dari mereka bertanya, “Bapak wartawan?,” ujarnya dengan nada serius. Stiker media tempat saya mengabdi, ukuran tiga centimeter membentang manis di kaca mobil, itulah yang ditandainya. “Ya..memang kenapa,” jawabku. “Saya juga wartawan,” ujarnya dengan senyum bangga.
Rupanya lembaran yang ditarik dari dompetnya adalah selembar kartu wartawan, yang dikeluarkan media mingguan yang terbit di Kota Makassar. Saya menjabat tangannya erat-erat, tersenyum penuh arti, dan kemudian pamit meninggalkan SPBU yang rupa-rupanya mempekerjakan ‘wartawan’ sebagai petugas pelayan bensin. Sepanjang jalan otak saya tidak berhenti bertanya, dengan dasar apa kartu wartawan itu dikeluarkan kepada Mansyur, si ‘wartawan’ pelayan bensin tadi.
Kejadian serupa acapkali saya temui, salah satu lainnya adalah saat bertemu nara sumber yang beritanya sedang saya tulis. Pria tambun paruh baya itu keturunan suku Tionghoa. Cerdas, kaya dan sangat terlihat familiar, sebelum memulai wawancara saya, Ko Hasian kira-kira begitulah sapaan akrabnya, menarik selembar kartu wartawan dari dompetnya. “Hati-hati pak, saya juga wartawan,” ujarnya dengan senyum lebar penuh percaya diri. Kartu wartawan yang dipegangnya dikeluarkan media mingguan yang juga terbit berkala di Makassar. ‘Wartawan’ seperti Ko Hasian juga Mansyur, jumlahnya tak terhingga di Makassar, mungkin juga di seluruh penjuru tanah air.
Jadi sesungguhnya siapa yang pantas menyandang gelar wartawan?, apakah mereka yang wara-wiri tenteng kamera, si Mansyur, atau Ko Hasian?. Cerita lain soal ‘wartawan’ acapkali terdengar miris, karena berkaitan dengan prilaku memeras, mengancam, meminta fasilitas gratis, bahkan sampai mengacaukan barisan antri di unit pelayanan social. Seorang kepala sekolah di Jeneponto, terpaksa harus dilarikan kerumah sakit, dua hari terbaring lemas, jantungnya kumat setelah menghadapi empat orang ‘wartawan’ yang meminta jatah alokasi dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), dengan alasan dana pengamanan media.
Salah seorang kolega yang kebetulan menjabat kepala dinas di Kota Makassar, buru-buru memasukkan empat lembar pecahan Rp50 ribu ke dalam amplop, saat saya wawancarai. Amplop itu disodorkan kepada saya, menurutnya itu lazim untuk mempercepat wawancara dan menghindari pertanyaan proyek, atau mempercantik isi berita besok. Saya tersenyum kecut, nilai saya sebagai wartawan begitu rendah di matanya. Tetapi kolega itu tidak sepenuhnya salah, prilaku ‘wartawan’ memang membentuk sikap pejabat dalam menghadapi para pekerja media, terserah apakah dia wartawan sesungguhnya, atau wartawan SPBU (Siap Pungut Berapapun Uangnya).
Jadi apakah semua wartawan menerima amplop dan isinya?. Pertanyaan itu dilontarkan salah seorang kawan saat kami minum kopi bersama. Saya katakan tidak..!. Kolega saya yang kepala dinas kota itu, amplopnya saya tolak. Awalnya dia terlihat kaget, kecewa kemudian bertanya-tanya, mengapa uang itu tidak saya terima. Apakah seandainya nilai yang dimasukkan Rp1 juta juga akan saya tolak?. Jawabannya tergantung…maksudnya tergantung apakah saat itu saya tidak dalam kesulitan untuk bayar utang atau tagihan yang jatuh tempo. Namun kata saya, selama berprofesi sebagai wartawan, saya bertekad untuk tidak bersinggungan uang dengan nara sumber. Alhamdulillah, itu bisa saya jalani sekalipun penuh dengan pertempuran batin.
Pernah sekali saya diperhadapkan dengan godaan uang, ketika itu menjelang pemilihan walikota. Salah seorang wakil walikota yang saya wawancarai, menelepon menyatakan rasa puas atas wawancara yang saya turunkan keesokan harinya. Saya diundang ke kantornya, kami ngobrol santai dan makan siang bersama. Saat pamit, sang wakil walikota yang kemudian terpilih itu menyodorkan amplop, isinya Rp1 juta. Saya katakana untuk harga halaman koran yang berisi wawancaranya, sudah ditetapkan kantor senilai Rp500 ribu, sehingga pembayarannya lebih. Sambil merangkul saya, pejabat itu mengatakan yang Rp500 ribu itu milik saya, sebagai perasaan puas atas hasil wawancaranya. Saya menerima dengan hati penuh gejolak.
Beberapa waktu kemudian, saya menelepon wakil walikota yang baik hati itu, dan mengabarkan bahwa uang Rp500 ribu itu sudah menjadi kambing kurban bagi panti asuhan pengungsi muslim Timor Timur di Km19 Biringkanaya Makassar. Ia terperangah dan merasa tidak mengirim kambing kurban bagi anak panti. Selesai mengirim daging kambing itu, saya merasa derajat kewartawanan saya tidak jatuh begitu saja. Sering kali menghadapi situasi sulit yang dilematis soal uang dengan nara sumber, saya memilih siasat berbagi dengan mereka-mereka yang berhak.
Wartawan…apakah menerima amplop berisi uang, tiket, kamar hotel, fasilitas lain yang bernilai rupiah boleh jadi akan berhadapan dengan pertempuran batin yang sengit. Harga diri, derajat profesi, seakan diperhadapkan dengan kenyataan bahwa citra kita sedang dalam proses degradasi. Sebelum membetulkan letak parkir kendaraan saya, seorang tukang parkir yang saya kenal dekat lari tergopoh-gopoh, “Parkirnya di sini saja pak wartawan,” ujarnya, sembari menarik plang bertuliskan khusus pemilik ruko. Wartawan kembali menerima fasilitas khusus…!!!!

Makassar, 17 November 2009.

Zulkarnain Hamson
+62811-469274

Selasa, 17 Agustus 2010

PERKAWINAN ADALAH FITRAH KEMANUSIAAN

ISLAM adalah agama fithrah, dan manusia diciptakan Allah Ta’ala cocok dengan fitrah ini, karena itu Allah Subhanahu wa Ta’ala menyuruh manusia menghadapkan diri ke agama fithrah agar tidak terjadi penyelewengan dan penyimpangan. Sehingga manusia berjalan di atas fithrahnya.
Perkawinan adalah fitrah kemanusiaan, maka dari itu Islam menganjurkan untuk nikah, karena nikah merupakan gharizah insaniyah (naluri kemanusiaan). Bila gharizah ini tidak dipenuhi dengan jalan yang sah yaitu perkawinan, maka ia akan mencari jalan-jalan syetan yang banyak menjerumuskan ke lembah hitam.
Firman Allah Ta’ala.
“Artinya : Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (Ar-Ruum : 30).
A. Islam Menganjurkan Nikah
Islam telah menjadikan ikatan perkawinan yang sah berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai satu-satunya sarana untuk memenuhi tuntutan naluri manusia yang sangat asasi, dan sarana untuk membina keluarga yang Islami. Penghargaan Islam terhadap ikatan perkawinan besar sekali, sampai-sampai ikatan itu ditetapkan sebanding dengan separuh agama.
Anas bin Malik radliyallahu ‘anhu berkata : “Telah bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Artinya : Barangsiapa menikah, maka ia telah melengkapi separuh dari agamanya. Dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dalam memelihara yang separuhnya lagi”. (Hadist Riwayat Thabrani dan Hakim).
B. Islam Tidak Menyukai Membujang
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk menikah dan melarang keras kepada orang yang tidak mau menikah. Anas bin Malik radliyallahu ‘anhu berkata : “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kami untuk nikah dan melarang kami membujang dengan larangan yang keras”. Dan beliau bersabda :
“Artinya : Nikahilah perempuan yang banyak anak dan penyayang. Karena aku akan berbangga dengan banyaknya umatku dihadapan para Nabi kelak di hari kiamat”. (Hadits Riwayat Ahmad dan di shahihkan oleh Ibnu Hibban).
Pernah suatu ketika tiga orang shahabat datang bertanya kepada istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang peribadatan beliau, kemudian setelah diterangkan, masing-masing ingin meningkatkan peribadatan mereka. Salah seorang berkata: Adapun saya, akan puasa sepanjang masa tanpa putus. Dan yang lain berkata: Adapun saya akan menjauhi wanita, saya tidak akan kawin selamanya …. Ketika hal itu didengar oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau keluar seraya bersabda :
“Artinya : Benarkah kalian telah berkata begini dan begitu, sungguh demi Allah, sesungguhnya akulah yang paling takut dan taqwa di antara kalian. Akan tetapi aku berpuasa dan aku berbuka, aku shalat dan aku juga tidur dan aku juga mengawini perempuan. Maka barangsiapa yang tidak menyukai sunnahku, maka ia tidak termasuk golonganku”. (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim).
Orang yang mempunyai akal dan bashirah tidak akan mau menjerumuskan dirinya ke jalan kesesatan dengan hidup membujang. Kata Syaikh Hussain Muhammad Yusuf : “Hidup membujang adalah suatu kehidupan yang kering dan gersang, hidup yang tidak mempunyai makna dan tujuan. Suatu kehidupan yang hampa dari berbagai keutamaan insani yang pada umumnya ditegakkan atas dasar egoisme dan mementingkan diri sendiri serta ingin terlepas dari semua tanggung jawab”.
Orang yang membujang pada umumnya hanya hidup untuk dirinya sendiri. Mereka membujang bersama hawa nafsu yang selalu bergelora, hingga kemurnian semangat dan rohaninya menjadi keruh. Mereka selalu ada dalam pergolakan melawan fitrahnya, kendatipun ketaqwaan mereka dapat diandalkan, namun pergolakan yang terjadi secara terus menerus lama kelamaan akan melemahkan iman dan ketahanan jiwa serta mengganggu kesehatan dan akan membawanya ke lembah kenistaan.
Jadi orang yang enggan menikah baik itu laki-laki atau perempuan, maka mereka itu sebenarnya tergolong orang yang paling sengsara dalam hidup ini. Mereka itu adalah orang yang paling tidak menikmati kebahagiaan hidup, baik kesenangan bersifat sensual maupun spiritual. Mungkin mereka kaya, namun mereka miskin dari karunia Allah.
Islam menolak sistem ke-rahib-an karena sistem tersebut bertentangan dengan fitrah kemanusiaan, dan bahkan sikap itu berarti melawan sunnah dan kodrat Allah Ta’ala yang telah ditetapkan bagi makhluknya. Sikap enggan membina rumah tangga karena takut miskin adalah sikap orang jahil (bodoh), karena semua rezeki sudah diatur oleh Allah sejak manusia berada di alam rahim, dan manusia tidak bisa menteorikan rezeki yang dikaruniakan Allah, misalnya ia berkata : “Bila saya hidup sendiri gaji saya cukup, tapi bila punya istri tidak cukup ?!”.
Perkataan ini adalah perkataan yang batil, karena bertentangan dengan ayat-ayat Allah dan hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah memerintahkan untuk kawin, dan seandainya mereka fakir pasti Allah akan membantu dengan memberi rezeki kepadanya. Allah menjanjikan suatu pertolongan kepada orang yang nikah, dalam firman-Nya:
“Artinya : Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui”.
(An-Nur : 32).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menguatkan janji Allah itu dengan sabdanya :
“Artinya : Ada tiga golongan manusia yang berhak Allah tolong mereka, yaitu seorang mujahid fi sabilillah, seorang hamba yang menebus dirinya supaya merdeka, dan seorang yang menikah karena ingin memelihara kehormatannya”. (Hadits Riwayat Ahmad 2 : 251, Nasa’i, Tirmidzi, Ibnu Majah hadits No. 2518, dan Hakim 2 : 160 dari shahabat Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu).
Para Salafus-Shalih sangat menganjurkan untuk nikah dan mereka anti membujang, serta tidak suka berlama-lama hidup sendiri.
Ibnu Mas’ud radliyallahu ‘anhu pernah berkata : “Jika umurku tinggal sepuluh hari lagi, sungguh aku lebih suka menikah daripada aku harus menemui Allah sebagai seorang bujangan”. (Ihya Ulumuddin dan Tuhfatul ‘Arus hal. 20). [ Disalin dari http://assunnahsurabaya.wordpress.com]