Senin, 11 Oktober 2010

Media Berperan Dalam Mencegah HIV/AIDS

Oleh: Zulkarnain Hamson
(Dari Pelatihan HIV/AIDS bagi Wartawan Tahap II)

INFEKSI Human Immunodefidiency Virus (HIV) tidak hanya terjadi karena adanya perilaku seksual yang tentang HIV tidak sehat, tapi juga bisa melalui penggunaan jarum suntik, pisau cukur secara bersama-sama, bahkan melalui transfusi darah. Fatalnya masyarakat tidak pernah menerima informasi yang benar /AIDS.
Temuan fakta bahwa setiap hari setidaknya ada 14 ribu orang di dunia yang terinfeksi HIV, boleh jadi mencengangkan banyak pihak. Dari jumlah tersebut separuhnya di derita oleh usia produktif sekitar 15-24 tahun. Di Indonesia data akurat tentang perkembangan infeksi HIV di masyarakat, tidak pernah dimiliki oleh pemerintah.
Direktur Eksekutif LSM Infokespro, Syaiful W Harahap, mengatakan peran media dalam upaya memberikan informasi yang benar dan akurat terhadap masyarakat mengenai HIV/AIDS, sangat penting. ”Peran media sangat penting dan strategis untuk menginformasikan secara benar bagaimana HIV/AIDS itu bisa menular dan harus dicegah bagi masyarakat yang belum terinfeksi,” katanya.
Hal tersebut menjadi alasan kuat bagi Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Sulsel, menyelenggarakan pelatihan HIV/AIDS bagi wartawan tahap II, baik media cetak maupun elektronika di Sulsel, berlangsung di hotel Celebes Inn Makassar, dari Senin-Selasa (5-6/12), dan merupakan pelatihan lanjutan, usai pelatihan tahap I beberapa waktu lalu, luarannya diharapkan mampu menuliskan berita-berita yang benar mengenai HIV/AIDS. Menurut Saiful, selama ini banyak masyarakat yang salah mengartikan HIV/AIDS karena mereka tidak memperoleh informasi yang benar. AIDS, katanya, merupakan sekumpulan gejala penyakit yang menyerang seseorang setelah kekebalan tubuhnya dirusak oleh HIV. Jadi tidak benar ada orang yang meninggal karena AIDS, tapi yang benar adalah penderita AIDS meninggal karena penyakit lain seperti TBC akibat penderita sudah tidak memiliki kekebalan tubuh setelah terinfeksi HIV.
HIV/AIDS adalah ‘penyakit’ menular yang secara medis dapat dicegah. Yang menular adalah HIV sebagai virus sedangkan AIDS adalah kondisi ketika seseorang yang tertular HIV sudah memasuki masa AIDS antara 5 – 10 tahun setelah tertular. Karena AIDS bukan penyakit maka tidak bisa disembuhkan tapi bisa diobati dan tidak pula bisa menular. Salah satu cara untuk menghambat laju penyebaran HIV adalah penyuluhan dengan materi Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) yang akurat dan objektif.
Selama ini materi KIE selalu dibalut dengan moral dan agama sehingga yang muncul hanya mitos (anggapan yang salah). Misalnya, mengait-ngaitkan penularan HIV dengan zina, seks di luar nikah, selingkuh, ‘jajan’, pelacuran, gay dll. Padahal, tidak ada hubungan langsung antara zina, seks di luar nikah, selingkuh, ‘jajan’, pelacuran, gay karena penularan HIV melalui hubungan seks bisa terjadi kalau salah satu dari pasangan itu HIV-positif. Kalau dua-duanya HIV-negatif maka tidak akan pernah terjadi penularan HIV biar pun mereka berzina, melacur, seks oral atau seks anal.
Penyebaran HIV/AIDS diketahui terjadi secara horizontal antar penduduk. Epidemi HIV/AIDS merupakan bom waktu di Indonesia. Indonesia tidak memiliki data akurat tentang jumlah pengidap HIV/AIDS positif, bahkan ada provinsi yang menyebutkan bahwa di wilayah mereka tidak terdapat penderita HIV/AIDS, hal ini menurut Syaiful justru membahayakan, karena kita tidak akan mampu memutus mata rantai penularannya, baik itu pada pengguna narkoba suntik, jarum tindik, tattoo, transfusi darah, maupun hubungan seks tanpa pengaman.
Pertambahan pengidap virus HIV/AIDS tersebut akan merupakan deret ukur. Semua itu terjadi tanpa mereka sadari. Sebab, sebelum mencapai masa AIDS 5-10 tahun, tidak ada gejala fisik yang khas. Yang muncul selama ini hanya mitos atau anggapan salah tentang HIV/AIDS. AIDS adalah fakta medis yang bisa dicegah menggunakan teknologi kedokteran tanpa harus mengait-ngaitkannya dengan moral dan agama, terutama bagi mereka yang sudah dinyatakan positif HIV/AIDS. (*)
[www.aidsmediawatch.com, Sumber: Harian “Ujungpandang Ekspres”, Makassar, 06-12-2005]