Selasa, 31 Mei 2011

CERMATI ANCAMAN BARU DUNIA PERTANIAN

BERLIN (AP) - nasional penyakit Jerman pusat kendali mengatakan jumlah orang jatuh sakit sehubungan dengan wabah bakteri misterius dihubungkan dengan sayuran tercemar terus meningkat.
Robert Koch Institut mengatakan Selasa bahwa lebih dari 1.150 orang telah dipengaruhi oleh bakteri dan yang telah dikonfirmasi sembilan kematian.
Media Jerman melaporkan sebanyak 14 orang yang diduga telah meninggal dari E.coli enterohaemorrhagic, juga dikenal sebagai EHEC, bakteri, yang telah ditemukan pada mentimun yang diimpor dari Spanyol meskipun sumber yang tepat tidak diketahui.
Ratusan orang juga telah jatuh sakit di negara-negara Eropa lainnya, dan kepala badan kesehatan Rusia, Senin melarang impor mentimun, tomat dan salad segar dari Spanyol dan Jerman, sambil menunggu pemberitahuan lebih lanjut.(*)

Rabu, 18 Mei 2011

Apel Bantaeng Kian Ranum

MASRI Daeng Manai, tengah asik membenahi tali rafia yang mengikat batang pohon Apel miliknya, yang semakin menjuntai ke tanah. Istrinya, masih tekun di sela ratusan tanaman strowbery. Keduanya mulai berhenti menyiangi tanaman, saat Kasman, Kepala Desa Bonto Marannu, yang mengantar penulis mengajaknya rehat.
Minggu pagi menjelang siang, 8 Mei 2011, matahari bersinar cerah, langit biru dengan garis awan putih di kawasan pegunungan Ulu Ere, Bantaeng. Udara sejuk tercium dari hamparan kebun wortel, yang berbukit, di teras kantor UPTD pertanian, tempat kami duduk hawa dingin pegunungan terasa menusuk pori-pori. Sejurus mata memandang, ratusan pohon Apel, tengah memulai buah pertamanya.
Kades Kasman, kini bisa memahami makna pepatah 'Dimana ada kemauan, disitu ada jalan' setidaknya saat ini setelah memandangi perkebunan Apel, di Desa Bonto Lojong, yang sebelum pemekaran masih menjadi bagian dari wilayah pemerintahannya. "Saya tidak pernah menyangka, Apel akan tumbuh di sini. Tetapi pak bupati punya keyakinan, maka kami dukung dan memulai menanamnya," ujar Kasman.
Tiga tahun lalu, sebelum Bupati Bantaeng dijabat Dr HM Nurdin Abdullah, lahan perkebunannya hanya ditanami jagung, dan sayuran lainnya. Dua tahun terakhir, ia dengan beraninya memilih menanami lahan perkebunannya dengan Strawberry dan Apel. Di sela Apel, masih digunakannya untuk sayuran. Masri, percaya suatu ketika 600 pohon Apelnya akan menghasilkan uang berlimpah.
Saat ini saja, setiap pohon rata-rata mengeluarkan 10 sampai 35 buah, bahkan satu pohon pernah mengeluarkan 70 buah. Tetapi lazimnya buah pertama, selalu mudah gugur, terlebih saat curah hujan tinggi. Apel merupakan tanaman buah tahunan yang berasal dari daerah Asia Barat dengan iklim sub tropis. Di Indonesia Apel telah ditanam sejak tahun 1934 hingga saat ini.
Dalam literatur pertanian, tanaman Apel termasuk dalam famili Rosaceae, spesies Malus sylvestris Mill, dan bermacam varietas yang memiliki cirikhas tersendiri. Beberapa varietas Apel unggulan antara lain, Rome Beauty, Manalagi, Anna, ketiga varietas inilah yang kini tengah di budidayakan di Bantaeng. Sedangkan varietas Princess Noble dan Wangli/Lali jiwo belum dicoba.
Apel mengandung banyak vitamin C dan B. Selain itu Apel kerap menjadi pilihan para pelaku diet sebagai makanan substitusi. Di Indonesia, Apel dapat tumbuh dan berbuah baik di daerah dataran tinggi. Sentra produksi Apel di Indonesia adalah Jawa Timur, Kabupaten Malang yakni di daerah Batu dan Poncokusumo, sedangkan Kabupaten Pasuruan tepatnya di Nongkojajar. Di daerah itu Apel telah diusahakan sejak 1950, dan berkembang pesat pada 1960 hingga saat ini.
Daerah lain di Jawa Timur yang juga banyak ditanami Apel adalah Kayumas-Situbondo, dan Banyuwangi. Di Jawa Tengah Apel dikembangkan di Tawangmangu, sedangkan di Provinsi Bali sentra Apel di Buleleng dan Tabanan. Di Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur Apel juga sudah mulai dikembangkan. Kini di Sulawesi Selatan, Apel mulai dikembangkan di Kabupaten Bantaeng. Terobosan bidang agribisnis yang terbilang prestisius, berani dan amat menjanjikan keuntungan dari sisi ekonomi.
Untuk tanaman Apel, iklim dan curah hujan yang ideal adalah 1.000-2.600 mm per tahun dengan hari hujan 110-150 hari per tahun. Dalam setahun banyaknya bulan basah adalah 6-7 bulan dan bulan kering 3-4 bulan. Curah hujan yang tinggi saat periode berbunga akan menyebabkan bunga gugur sehingga tidak dapat menjadi buah. Tanaman apel membutuhkan cahaya matahari yang cukup antara 50-60% setiap harinya, terutama pada saat pembungaan.
Suhu yang sesuai berkisar antara 16-27 derajat C. Kelembaban udara yang dikehendaki tanaman Apel sekitar 75-85%. Tanaman Apel tumbuh dengan baik pada tanah yang bersolum dalam, mempunyai lapisan organik tinggi, struktur tanahnya remah dan gembur, mempunyai aerasi, penyerapan air, dan porositas baik, sehingga pertukaran oksigen, pergerakan hara dan kemampuan menyimpanan airnya optimal.
Tanah yang cocok adalah Latosol, Andosol dan Regosol. Derajat keasaman tanah (pH) yang cocok untuk tanaman Apel adalah 6-7 dan kandungan air tanah yang dibutuhkan adalah air tersedia. Dalam pertumbuhannya tanaman Apel membutuhkan kandungan air tanah yang cukup. Kelerengan yang terlalu tajam akan menyulitkan perawatan tanaman, sehingga bila masih memungkinkan dibuat terasering maka tanah masih layak ditanami.
Tanaman Apel dapat tumbuh dan berbuah baik pada ketinggian 700-1200m diatas permukaan laut (dpl). Dengan ketinggian optimal 1000-1200m dpl.
Jadi tak salah jika keputusan Bupati Nurdin Abdullah, yang kemudian diikuti oleh Masri, dan petani sayur lain di Ulu Ere, untuk menanam Apel. Keuntungan ekonomi, kini di depan mata, tak lama lagi warga Sulsel, tak harus jauh-jauh untuk membawa keluarga mereka menikmati wisata agribisnis ke Batu Malang, cukup bermalam di Ulu Ere, dan keesokan harinya bisa menikmati segarnya buah Apel, langsung dari tangkainya. Juli 2011, Gubernur Sulsel Dr Syahrul Yasin Limpo, akan memulai panen perdananya.(zul)